Total Tayangan Halaman

Selasa, 04 Oktober 2011

Menghitung Peluang Indonesia di SEA Games XXVI Palembang

Diperbarui 6 Juni: Berdasar jajak pendapat yang kami gelar di Yahoo! Indonesia News, ternyata pembaca memandang Thailand sebagai saingan terberat Indonesia di SEA Games nanti. Ada 59 persen dari 6838 pemilih yang mencontreng Thailand, atau 4001 pemilih.

Saingan selanjutnya, masih menurut para pemilih, ada Malaysia dengan 21 persen. Di posisi ketiga, justru Timor Leste yang dianggap saingan berat, dengan 495 pemilih. Vietnam, dengan 3 persen pemilih, justru berada di bawah Singapura dengan 6 persen.



SEA Games XXVI akan berlangsung kurang dari enam bulan lagi di Palembang dan Jakarta pada 11-14 November 2011.

Ajang olahraga tertinggi bangsa-bangsa di Asia Tenggara ini akan mempertandingkan 44 cabang olahraga dengan 542 medali emas untuk diperebutkan.

Kota Palembang akan mendapat kehormatan untuk menggelar sekitar 22 cabang olahraga. Penyelenggaraan akan dipusatkan di kompleks Stadion Jakabaring.

Sedangkan Jakarta akan menyediakan fasilitas untuk 24 cabang olahraga dengan kompleks Gelora Bung Karno Senayan sebagai pusatnya. Lalu ada GOR Ciracas Pasar Rebo dan beberapa arena lainnya sebagai fasilitas penunjang.

Sebagai negara dengan wilayah paling luas dan berpenduduk terbanyak di Asia Tenggara, prestasi Indonesia memang masih di atas negara ASEAN lainnya. Sejak mengikuti SEA Games pertama kalinya pada 1977 silam, Indonesia sudah pernah menjadi juara umum sebanyak sembilan kali (1977,1979, 1981, 1983, 1987, 1989, 1991, 1993 dan terakhir 1997).

Bandingkan dengan Negeri Gajah Putih Thailand yang baru lima kali menjadi juara umum (1985, 1995, 1999, 2007 dan 2009), Malaysia satu kali (2001), Vietnam satu kali (2003) dan Filipina satu kali (2005).

Tapi semua catatan prestasi di atas terjadi pada masa lalu yang hanya bisa kita kenang. Setelah 1997, prestasi olahraga Indonesia memprihatinkan.

Dulu selama puluhan tahun kita unggul di cabang bulu tangkis, sepak bola, atletik, bela diri, aquatik, angkat beban dan senam. Kini Malaysia pun sudah bisa menumbangkan tim bulu tangkis Indonesia yang selama beberapa dekade ditakuti di dunia.

Indonesia bahkan pernah berada di posisi lima klasemen akhir di SEA Games 2005 Filipina, di bawah negara yang lebih kecil dan “baru” merdeka seperti Vietnam.

Ironisnya banyak mantan atlet, yang dulu berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di atas bendera negara lainnya, kini hidup melarat di usia senja. Mereka terpaksa menjual medali demi sesuap nasi karena pemerintah lalai memerhatikan kesehjateraan mereka.

Kegagalan prestasi olahraga nasional bukan cuma di SEA Games, tapi juga di ajang Asian Games dan Olimpiade. Belum lagi kejuaraan internasional lainnya.

Lalu bagaimana peluang Indonesia di SEA Games 2011? Sebagai tuan rumah kita punya potensi yang besar untuk menjadi juara umum atau paling pahit duduk di posisi kedua. Berlaga di kandang sendiri dan didukung fans tentu menjadi suntikan semangat yang luar biasa.

Tapi penampilan di pertandingan ditentukan oleh persiapan — seperti latihan dan pola makan sebelum berlaga.

Pemerintah melalui Kemenpora bekerjasama dengan KONI/KOI memang membentuk Program Indonesia Emas (PRIMA), yang bertugas merancang program latihan, pembentukan karakter atlet hingga strategi bertanding agar nama Indonesia berjaya di SEA Games 2011.

Namun keraguan tetap muncul terhadap keberhasilan program PRIMA. Pengurus olahraga di Indonesia selama ini lebih mementingkan pelatihan jangka pendek menjelang bergulirnya sebuah kejuaraan.

Induk-induk organisasi olahraga baru akan menggelar latihan beberapa bulan sebelum mengikuti sebuah turnamen. Pola pencarian bibit atlet muda lewat kejuaraan di daerah tidak pernah digarap dengan serius. Anak-anak sekolah yang gemar berolahraga pun tidak diberdayakan dengan sungguh-sungguh.

Tak hanya itu, sarana olahraga di negara ini boleh dibilang sangat memprihatinkan. Indonesia selama bertahun-tahun “hanya” mengenal stadion sepak bola berstandar internasional Gelora Bung Karno (dulu stadion utama Senayan) yang dibangun tahun 1962 silam.

Beberapa stadion megah dan kompleks olahraga baru dibangun pemerintah dalam 10 tahun terakhir — misalnya Stadion Jakabaring Palembang (dibuka 2004) dan stadion Palaran Samarinda (dibuka 2008).

Minimnya fasilitas olahraga di Indonesia menjadi bukti minimnya perhatian pemerintah terhadap pembinaan atlet nasional. Bagaimana mau menghasilkan atlet berprestasi kalau tempat latihannya saja kita tak punya?

Soal peluang Indonesia di SEA Games 2011, kita harus realistis. Sepertinya sulit untuk menjadi juara umum.

Prestasi dalam olahraga tak cuma bermodal semangat juang tinggi. Banyak faktor yang menentukan, mulai dari bentuk tubuh atlet, asupan gizi, ketahanan fisik, bakat, pendidikan, pelatih yang handal, lingkungan yang baik sampai pola pelatihan jangka panjang selama bertahun-tahun.

Bandingkan dengan Thailand, Vietnam, Malaysia sampai Laos yang serius membina atletnya. Mereka menyewa pelatih asing yang berpengalaman sampai membangun sarana olahraga mumpuni.

Jangan heran kalau nanti Indonesia yang tuan rumah hanya bisa jadi penonton prestasi atlet negara lain yang berlaga di SEA Games 2011.

Oleh Fajar Anugrah Putra | Yahoo News

3 komentar:

  1. sebelum ngmongin soal peluang meraih medali emas, soal peluang jadi tuan rumah yang baik jg harus diperhitungkan.. ironis sungguh liat berita banyak stadion yg blm siap.. mana ada pelatih senam yang harus bayar sewa tempat latihan pakai uang sendiri..
    Apa kata dunia??

    BalasHapus
  2. thx u/ masukannya sebagai instropeksi bagi kita semua ^^.. ternyata sunat dana juga terjadi di dalam olahraga, merupakan keprihatinan bagi kita semua. oh.. indonesiaku...

    BalasHapus
  3. mas abdi, kalau prediksi saya indonesia hanya mampu meraih medali emas terbanyak hanya pada cabang olah raga bulu tangkis.......

    BalasHapus